Satrio Piningit dan dasarajadhamma

 

Pembicaraan mengenai pemimpin Indonesia masa depan yang akan membawa kemakmuran selalu enak untuk diikuti. Banyak pemberitaan pers meminta nasehat paranormal untuk meramalkan siapa kah yang akan menjadi pemimpin tersebut, atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan "satrio piningit" dan pertama kali ditulis oleh Ranggawarsito.

Para pengamat memperkirakan, pada saat satrio piningit muncul, Indonesia sedang menghadapi goro-goro besar (kerusuhan). Setelah ia menjadi pemimpin negara, bangsa Indonesia akan menuju kemakmuran dan kejayaan seperti pada jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Ranggawarsito dalam karangannya memaparkan tujuh pemimpin Indonesia, sebagaimana diberitakan oleh tabloid Bangkit (28 Desember 1998), sebagai berikut.

  1. Satria Kinunjara Murwa Kuncara. Satria terpenjara, Soekarno memang diketahui sebelum tampil menjadi presiden, sering keluar masuk penjara.
  2. Satria Wibawa Kesandung-kesampar. Satria berwibawa, Soeharto memang presiden berwibawa. Ia tampil sebagai presiden selama 32 tahun tanpa ada orang yang berani melawannya.
  3. Satria Jinumput Sumela Atur. Satria terpungut, Habibie menjadi presiden setelah Soeharto lengser. Satria terpungut ini tak henti-hentinya digoyang.
  4. Satria Piningit Hamong Tuwuh. Satria yang bagaikan tersembunyi dalam pertapaan.
  5. Satria Lelana Tapa Ngrame. Satria pengembara
  6. Satria Boyong Pambukaning Gapura. Satria yang berpindah tempat.
  7. Satria Pinandita Sinisihan Wahyu. Satria yang berjiwa dan bersemangan pendeta/brahmana/kebegawanan.

 

Jauh sebelum ramalan ini dicetuskan, Sang Buddha telah menggariskan raja atau pemimpin yang pantas dipuja oleh seluruh penduduknya, yaitu yang memiliki sepuluh kebajikan luhur dan sering disebut dengan dasarajadhamma.

Sepuluh kebajikan itu dapat diterangkan sebagai berikut:

Kebajikan pertama, gemar berdana atau beramal (dana). Raja yang pantas dipuja haruslah memiliki kemurahan hati dan beramal demi orang banyak. Pemimpin ini akan membangun tempat-tempat ibadah, panti asuhan, panti jompo dan sekolah-sekolah dengan menggunakan kekayaannya, apalagi disokong oleh menteri-menteri yang gemar berdana pula.

Kebajikan kedua, memiliki kesilaan atau moralitas yang terjaga dengan baik (sila). Presiden Clinton yang berselingkuh dengan Monica Lewinsky menunjukkan kesilaan yang tak terjaga dengan baik. Perselingkuhan ini membuat Clinton terpuruk dari karir kepresidenannya.

Kebajikan ketiga, rela berkorban (pariccaga). Raja harus rela berkorban demi mendahulukan kepentingan bangsanya. Raja yang enggan berkorban dan lebih mementingkan keluarga dan teman-teman dekatnya untuk mengambil keuntungan akan dikritik dan ditinggalkan rakyatnya.

Kebajikan keempat, berhati tulus (ajjava). Raja dalam bertindak harus dengan hati tulus dan tidak dibuat-buat dan juga tidak untuk menarik simpati rakyatnya. Program-program membantu anak yatim piatu dan orang tua asuh haruslah dialkukan dengan tulus, dan tidak sekedar program sementara untuk menyenangkan rakyat.

Kebajikan kelima, berprilaku ramah-tamah (maddava). Raja akan mendapatkan respek dari rakyatnya dengan berprilaku ramah-tamah. Bukan sebaliknya, rakya dipaksa berprilaku ramah-tamah, sementara rajanya berprilaku seenaknya.

Kebajikan keenam, hidup bersahaja dan sederhana (tapa). Raja dan keluarganya harus memberikan contoh hidup sederhana. Tidak perlu memiliki rumah dan tanah dimana-mana tapi tidak ditinggali. Rakyat akan mencontoh cara hidup rajanya yang sederhana. Meskipun krisis ekonomi dan politik menerpa suatu negara, rakyat akan menerimanya jika melihat cara hidup rajanya yang sederhana.

Kebajikan ketujuh, tak gampang marah dan dendam (akkodha). Jika ada menteri yang salah bicara atau salah bertindak, raja tidak seharusnya marah-marah, mendendam dan memecat menterinya serta-merta. Sifat tak gampang marah dan dendam ini akan mengurangi friksi-friksi politik dalam pemerintah.

Kebajikan kedelapan, tidak bersifat kejam (avihimsa). Dalam menghadapi perbedaan pendapat dan demo-demo, raja tidak boleh memerintahkan tentaranya untuk membunuh lawan-lawannya. Sifat kejam akan membawa kejatuhan; seperti Hitler yang membunuhi berjuta rakyat Yahudi dalam pemerintahannya. Sifat kejam ini membawa kejatuhan rakyat Jerman pada perang dunia. Sementara itu, Dalai Lama dengan sifatnya yang welas asih, berhasil menarik perhatian dunia atas rakyat Tibet. Dukungan dan perbaikan atas rakyat Tibet terus berdatangan, pemerintah Cina berusaha mengakomodir tuntutan perbaikan masyarakat Tibet.

Kebajikan kesembilan, mempunyai kesabaran (khanti). Raja yang tidak sabar dalam menghadapi tuntutan rakyatnya akan kesandung. Dia akan mengambil keputusan secara tergesa-gesa dan merugikan diri sendiri dan rakyatnya. Keputusan yang dihasilkan tidak matang dan harus direvisi atau pun tidak diikuti rakyatnya.

Kebajikan kesepuluh, tidak suka menimbulkan atau mencari pertentangan atau permusuhan (avirodhana). Kebajikan ini akan membuat para menteri menjalankan tugas-tugasnya selaras dengan kebijakan raja. Juga, raja tidak berupaya mencari masalah dan pertentangan dengan negara tetangga yang pada akhirnya akan merugikan negerinya sendiri. Memulai pertentangan dapat dengan mudah dijalankan, melakukan kerjasama damai dan normalisasi hubungan dengan negara lain jauh lebih sulit dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Kesepuluh kebajikan ini yang akan membuat suatu negar menjadi kuat dan damai. Masa kejayaan Indonesia akan tiba jika dipimpin oleh seseorang yang memiliki dasarajadhamma. Bangsa Indonesia sedang menunggu satrio piningit yang memiliki sepuluh kebajikan pemimpin, dasarajadhamma. Para pemimpin masyarakat, pemuka agama, aktivis mahasiswa, pendidik dapat memulai memupuk kebajikan dasarajadhamma agar krisis dapat dikurangi dan masa kejayaan dapat kita nikmati secepatnya.

Surabaya, 2 Januari 1999